A.
Hakikat
Belajar Konsep
Definisi konsep menurut sebagian besar orang adalah
sesuatu yang diterima dalam pikiran atau ide yang umum dan abstrak. Menurut
salah satu ahli, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek,
kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama (Croser.P dan Ehel.F, 1992: 98).
Tidak ada satu pun definisi yang dapat
mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai konsep-konsep macam
konsep-konsep yang diperoleh para siswa. Oleh karen konsep-konsep itu merupakan
penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimulus-stimulus, konsep-konsep
itu tidak diamati. Konsep-konsep harus disimpulkan dari suatu konsep suatu
definisi tidak mengungkapkan suatu definisi tidak mengungkapkan semua
hubungan-hubungan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain.
Macam-macam konsep yang kita pelajari
tidak terbatas. Konsep panas sangat berbeda dari konsep relativitas dalam
beberapa dimensi. Flavell, J. H. (1979: 906) menyarankan, bahwa konsep- konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi,
yaitu: (1) Atribut; (2) Struktur; (3) Keabstrakan; (4) Keinklusifan; (5) Generalitas
atau keumuman; (6) Ketepatan; (7) Kekuatan (power).
Menurut Rosser,
R. A. (1984: 112) konsep adalah suatu abstrak yang mewakili hubungan-hubungan, yang
mempunyai atribut-atribut yang sama. Oleh karena orang mengalami stimulus-stimulus
yang berbeda-beda, orang membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan
stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Karena konsep-konsep itu adalah
abstraksi yang berdasarkan pengalaman, dan karena tidak ada dua orang yang
mempunyai pengalaman yang persis sama, maka konsep-konsep yang dibentuk orang
mungkin berbeda juga.
Secara singkat dapat kita
katakan, bahwa suatu konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu
kelas stimulus-stimulus. Kita menyimpulkan, bahwa suatu konsep telah
dipelajari, bila yang diajar dapat menampilkan perilaku-perilaku tertentu.
Secara
umum pembelajaran konsep mengacu kepada semua kegiatan dimana si pelajar
harus belajar mengelompokan dua atau lebih objek atau peristiwa yang agak
berbeda ke dalam satu kategori. Belajar konsep mencakup belajar membuat respon
yang sama atau berkelompok terhadap sekelompok stimulus yang memiliki bentuk
atau properti yang sama. Ada perbedaan antara belajar konsep (concept learning) dengan paired associate learning. Paired associate
learning menghendaki pembelajaran respon tertentu terhadap suatu stimulus,
jadi rasio antara stimulus dan respon adalah satu – satu. Sedangkan belajar
konsep mencakup pembelajaran satu respon terhadap dua atau lebih stimulus, jadi
rasio antara stimulus dengan respon bukan satu-satu, tetapi satu lawan banyak.
Umpamanya, dalam kegiatan di sekolah dasar anak diajarkan konsep warna putih.
Anak akan diberikan contoh warna putih dari sebuah objek seperti kertas putih
dan dikatakan bahwa warna kertas ini adalah putih adalah putih. Kemudian anak
tersebut diminta mengulangi respon yang sama (“putih”) pada lembaran-lembaran
kertas lain yang juga berwarna putih.
Untuk
meyakinkan apakah sebuah konsep telah terbentuk perlu diperhatikan dua faktor.
Pertama, kita harus memberikan contoh objek (instance) tambahan untuk melihat
apakah konsep tersebut telah dikelompok secara benar dan kedua kita harus
memberikan yang bukan contoh (noninstance) atau contoh yang salah untuk melihat
apakah mereka mampu mengeluarkan bagian ini dari konsep yang telah terbentuk.
Jadi pembelajaran konsep menghendaki sipelajar melakukan respon bentuk-bentuk
yang relefan dari konsep tersebut dan tidak menghiraukan bentuk-bentuk yang
relefan di dalam pengelompokkan peristiwa.
B.
Belajar
Konsep, Generalisasi dan Diskriminasi
Menurut Ausubel, D.P. (1968: 99), konsep-konsep diperoleh dengan dua cara yaitu
formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept assimilation).
Formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep konkrit menurut Gagne, R.M. & Briggs, L.J. (1979: 108). Asimilasi konsep merupakan cara
utama untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.
Pembentukan konsep, banyak dari konsep-konsep yang sudah
kita peroleh, berkembang semasa kita kecil. Tetapi konsep-konsep itu telah
mengalami modifikasi atau perubahan disebabkan karena pengalaman-pengalamn
kita. waktu anak-anak mulai masuk sekolah mereka sudah memproleh konsep-konsep
seperti meja, kursi,atas, berlari, dan banyak lagi yang lain. Konsep-konsep ini
terutama diperoleh melalui pembentukan konsep.
Penbentukan konsep merupakan
induktif. Bila anak dihadapkan pada stimulus-stimulus lingkungan, ia
mengabstraksi sifat-sifat tertentu atau atribut-atribut tertentu yang sama dari
berbagai stimulus-stimulus. Pembentukan konsep merupakan suatu bentuk belajar
penemuan (dicovery learning). Paling
sedikit dalam bentuk primitif, yang melibatkan proses-proses psikologi seperti
analisis diskriminatif, abstraksi, diferensiasi.
Abstraksi-abstraksi primitif yang
pertama dapat dikenakan pada satu contoh dari suatu konsep. Misalnya, konsep
anak tentang suatu pola, dapat dikenakan pada suatu benda, suatu benda kecil,
bulat dan merah yang menggelinding. Waktu anak itu dihadapkan pada
contoh-contoh dan nocontoh lain dari konsep itu, abstraksi semula mungkinharus
dipersempit atau diperluas demikian rupa, hingga atribut-atribut seperti merah
dan besar, tidak lagi merupakan kriteria bagi konsep bola itu. Dalam similasi konsep, untuk
memperoleh konsep-konsep melalui proses asimilasi, orang yang belajar harus
sudah memperoleh definisi formal dari konsep-konsep itu. Suatu definisi formal
dari suatu kata menunjukkan kesamaan-kesamaan (commonalities) dengan konsep
tertentu, dan membedakan kata itu dari konsep-konsep lain.
Belajar konsep dipandang
sebagai sebuah kombinasi dari perbedaan antara kelompok-kelompok kejadian
dengan generalisasi dalam kelompok-kelompok kejadian. Contoh : bagaimana
seseorang mengajarkan konsep tentang lingkaran, segitiga, dan persegi.
Anak-anak diperlihatkan beberapa contoh dari masing-masing konsep yang
bervariasi bentuk, ukuran, dan warna. Jika mereka mampu membedakan ketiga
bentuk tadi dengan benar, berarti mereka telah mengetahui apa itu konsep.
C.
Kajian
tentang Belajar Konsep
Kajian
tentang belajar konsep
menurut Ellis, Henry C. (1978: 138):
1. Tugas
Pembelajaran Konsep
Seperti tugas-tugas pembelajaran lain, kajian
tentang pembelajaran konsep mencakup stimulus respon, dan beberapa bentuk
balikan (feedback) terhadap
sipelajar. Stimulus terdiri dari baik yang berbentuk contoh-contoh positif (exemplars), maupun yang berbentuk
contoh-contoh negatif (nonexemplars).
Kedua bentuk ini beragam dalam berbagai dimensi, satu atau lebih yang relevan
dengan konsep, dan dua atau lebih yang lainnya tidak relevan dengan konsep yang
sedang dipelajari. Setiap dimensi bisa saja memiliki dua atau lebih nilai (values), umpamanya bentuk, warna, atau
ukuran.
2. Dasar Paradigma
Ada dua prosedur dasar yang dilakukan oleh ahli
psikologi dalam melakukan penelitian perilaku konseptual. Pertama dengan
menggunakan paradigma penerimaan (reception
paradigm), yakni stimulus diberikan dalam urutan yang acak dan subjek
penelitian berusaha belajar mengelompokkan masing-masing stimulus tersebut bila
ia diberikan. Begitu subjek mengelompokkan stimulus, segera diberikan balikan (feedback). Prosedur yang kedua dikenal
dengan nama paradigma pilihan (selection
paradigm).
3. Atribut dan Aturan
Sebuah konsep
selalu mempunyai dua bentuk : atribut dan aturan. Atribut dari sebuah konsep
merupakan suatu yang dimiliki dan melengket pada sebuah stimulus yang merupakan
ciri dari stimulus tersebut yang relevan dengan konsep tersebut. Konsep yang
sederhana memiliki satu atribut, seperti warna. Sedangkan konsep yan rumit
mempunyai banyak atribut, seperti konsep siswa, makanan Cina, makanan Eropa,
dan lain-lain. Atribut dapat pula digabungkan dengan cara yang berbeda yang
kemudian menjelaskan aturan konseptual (conceptual
rules).
4. Penggolongan
Aturan Konsep
Sekurang-kurangnya
ada lima jenis aturan yang digunakan dalam penelitian dan kajian pembelajaran
konsep. Aturan-aturan ini tidak menjelaskan bagaimana manusia mempelajari
konsep, tetapi ia merupakan aturan logis yang menjelaskan hubungan antara
atribut-atribut. Pertama aturan konseptual menjelaskan sebuah konsep hanya
dengan aturan pemberian atribut (attribution).
Jika sebuah objek memiliki atribut tertentu yang menjelaskan konsep, maka objek
itu meupakan contoh dari aturan tersebut. Kedua, aturan konseptual yang lebih
kompleks adalah aturan konjangtif, dimana konsep dijelaskan dengan penggabungan
dua bentuk atau atribut.
D.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Belajar Konsep
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar konsep
menurut Ellis, Henry C. (1978: 140) antara lain sebagai berikut:
1. Positive
and Negative Instances (Kejadian positif dan negatif)
Manusia lebih cepat belajar dari
kejadian positif dibandingkan kejadian negatif, hal ini disebabkan mungkin
kejadian negatif itu lebih sedikit memberikan informasi dibandingkan dengan
kejadian positif.
2. Relevant
and Irrelevant Attributes (Atribut
relevan dan tidak relevan)
Semakin banyak jumlah atribut yang
tidak relevan dalam tugas konseptual, semakin sulit tugas tersebut. Semakin
banyak jumlah atribut relevan maka semakin mudah belajar konsep.
3. Stimulus
Salience and Abstractness-Concreteness (Stimulus Mencolok dan Keabstrakan-Kekonkritan),
Tanda-tanda yang mencolok dan tersendiri yang relevan akan mempermudah untuk
belajar konsep, contohnya, anak-anak lebih mudah mempelajari konsep warna
dibandingkan konsep bentuk. Begitu juga, konsep konkrit seperti “rumah”,
“mainan”, dipelajari lebih mudah dibandingkan yang abstrak seperti bentuk
“ruang”.
4. Feedback
and Temporal Factors (Umpan
balik dan Faktor Temporal/Sementara), semakin banyak waktu yang diberikan untuk
berpikir tentang suatu informasi, semakin cepat kemungkinan memecahkan masalah.
5. Conceptual
Rules (Aturan-aturan
Konseptual), menjelaskan sebuah konsep hanya dengan aturan pemberian atribut,
contoh “mobil merah”, menjelaskan objek berupa mobil dan berwarna merah.
6. Memory
and Intelligence (Ingatan
dan Intelegensi), pelajar harus memiliki ingatan yang baik untuk mengingat
informasi yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari, semakin cerdas
pelajar semakin cepat ia belajar konsep.
E.
Teori-teori
dari Belajar Konsep
Ada tiga teori
dalam belajar konsep, yaitu Ellis,
Henry C.
(1978: 145):
1. Teori
Asosiasi S – R
Teori ini menekankan pentingnya
hipotesis dan strategi pendekatan kognitif, bahwa kekuatan asosiasi antar
dimensi yang relevan dengan respon secara bertahap sampai seseorang dikatakan
memperoleh konsep tersebut. Contoh, belajar konsep “merah”.
2. Teori
Pengujian Hipotesis
Menekankan manusia sebagai orang
yang belajar lebih aktif dalam memilih dan menguji solusi-solusi yang
memungkinkan. Lebih mengutamakan penyelesaian hipotesis dari pengambilan
keputusan.
3. Information
– Processing Theories (Teori Pengolahan Informasi)
Menekankan pada ciri pengolahan
informasi manusia dalam belajar konsep. Pendekatan ini memakai simulasi
komputer.
F.
Prinsip-prinsip
Praktis Belajar Konsep
Ada beberapa
prinsip-prinsip praktis dalam belajar konsep, yaitu Ellis, Henry C. (1978: 151):
1. Think
of New Examples of Concept, memikirkan
contoh-contoh baru untuk konsep tersebut.
2. Use
both Positive and Negative Instances,
menggunakan
kejadian/contoh-contoh positif dan negatif, harus mampu membedakan objek atau
peristiwa mana yang termasuk contoh konsep yang positif, dan mana yang tidak
termasuk contoh sebuah konsep negatif.
3. Use
a Variety of Example, menggunakan
contoh-contoh yang bervariasi, untuk mempermudah dalam belajar konsep.
4. Highlight
Relevant Features, berikan
penekanan pada bentuk-bentuk relevan, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman.
A. Pertanyaan Essay
1.
Sebuutkan beberapa prinsip-prinsip praktis
dalam belajar konsep
· Think
of New Examples of Concept, memikirkan
contoh-contoh baru untuk konsep tersebut.
· Use
both Positive and Negative Instances,
menggunakan
kejadian/contoh-contoh positif dan negatif, harus mampu membedakan objek atau
peristiwa mana yang termasuk contoh konsep yang positif, dan mana yang tidak
termasuk contoh sebuah konsep negatif.
· Use
a Variety of Example, menggunakan
contoh-contoh yang bervariasi, untuk mempermudah dalam belajar konsep.
· Highlight
Relevant Features, berikan
penekanan pada bentuk-bentuk relevan, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman.
2.
Sebutkan teori dalam belajar konsep
Ø Teori
Asosiasi S – R
Teori
ini menekankan pentingnya hipotesis dan strategi pendekatan kognitif, bahwa
kekuatan asosiasi antar dimensi yang relevan dengan respon secara bertahap
sampai seseorang dikatakan memperoleh konsep tersebut. Contoh, belajar konsep
“merah”.
Ø Teori
Pengujian Hipotesis
Menekankan
manusia sebagai orang yang belajar lebih aktif dalam memilih dan menguji
solusi-solusi yang memungkinkan. Lebih mengutamakan penyelesaian hipotesis dari
pengambilan keputusan.
Ø Information
– Processing Theories (Teori Pengolahan Informasi)
Menekankan
pada ciri pengolahan informasi manusia dalam belajar konsep. Pendekatan ini
memakai simulasi komputer.
3.
Salah satu faktor yang mempengarhi belajar
konsep menurut Ellis, Henry C. adalah
Positive and Negative Instances. jelaskan
Ø Positive
and Negative Instances (Kejadian positif dan negatif)
Manusia
lebih cepat belajar dari kejadian positif dibandingkan kejadian negatif, hal
ini disebabkan mungkin kejadian negatif itu lebih sedikit memberikan informasi
dibandingkan dengan kejadian positif.
B. Pertanyaan
Objektif
1. Secara
umum ada dua faktor yang mempengaruhi belajar konsep, sebutkan kedua variabel
tersebut...
a. Positif
dan negatif
b. Atribut
dan aturan
c. Tugas
dan konsep
d.
Tugas
dan belajar
2. Salah satu jenis teori belajar konsep yang menekan pada ciri
pengolahan informasi manusia dalam belajar konsep yang diangkat dari analogi
kerja konputer dan memandang belajar konsep dalam artian urutan proses
pengambilan keputusan oleh sipelajar, disebut dengan teori belajar konsep…
a. Teori
pemrosesan
b.
Teori
proses informasi
c. Teori
konsep informasi
d. Teori
menggali informasi
3. Dalam
hal positive dan negative instances, pada pembelajaran konsep manusia cenderung
menggunakan …
a.
Positif
instances
b. Negative
instances
c. Kedua-duanya
d. Tidak
sama sekali
4. Stimulus
diberikan dalam urutan yang acak dan subjek penelitian berusaha belajar
mengelompokkan masing-masing stimulus tersebut bila ia diberikan. Hal tersebut
merupakan pernyataan tentang …
a. Tugas
pembelajaran konsep
b. Atribut
dan aturan
c.
Paradigm
penerimaan
d. Aturan
konsep
5. Secara
umum ada berapa faktor
yang mempengaruhi belajar konsep...
a.
1
b.
2
c.
3
d.
4
YEL-YEL
Belajar konsep, Itu materinya
Belajar konsep, 4 kajiannya
Tugas pembelajaran konsep
Dasar padigmanya
Atribut dan aturan
Serta penggolongannya
Ada 3 teorinya
Yang
pertama Asosiasi
SR
Kedua
Pengujian
hipotesis
Ketiga
proses
informasi…
KEPUSTAKAAN
Ausubel, D.P. 1968. Educational Psychology:
a Cognitive View. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Croser.P dan
Ehel, F. 1992. Pneumatik. Festo Didactic: Esslingen.
Ellis, Henry C. 1978. Fundamentals of Human Learning. Memory and
Cognition
Michael
Domjan. 2010. The Principles of Learning
and Behavior, 6th Edition. California: Wadsworth.
Flavell, J. H. 1979. Metacognition and cognitive
monitoring: A new area of cognitive-developmental inquiry. Amerika: American Psychologist.
Gagne,
R.M. & Briggs, L.J. 1979. Principles of Intructional Design. New York: Holt
Rinehart.
Rosser,
R. A. 1984. Educational psychology,
Principles in practice. Boston: Little Bown.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar