Minggu, 11 Februari 2018

BELAJAR KONSEP




A.    Hakikat Belajar Konsep
Definisi konsep menurut sebagian besar orang adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran atau ide yang umum dan abstrak. Menurut salah satu ahli, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama (Croser.P dan Ehel.F, 1992: 98).
Tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai konsep-konsep macam konsep-konsep yang diperoleh para siswa. Oleh karen konsep-konsep itu merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimulus-stimulus, konsep-konsep itu tidak diamati. Konsep-konsep harus disimpulkan dari suatu konsep suatu definisi tidak mengungkapkan suatu definisi tidak mengungkapkan semua hubungan-hubungan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain.
Macam-macam konsep yang kita pelajari tidak terbatas. Konsep panas sangat berbeda dari konsep relativitas dalam beberapa dimensi. Flavell, J. H. (1979: 906) menyarankan, bahwa konsep- konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu: (1) Atribut; (2) Struktur; (3) Keabstrakan; (4) Keinklusifan; (5) Generalitas atau keumuman; (6) Ketepatan; (7) Kekuatan (power).
Menurut Rosser, R. A. (1984: 112) konsep adalah suatu abstrak yang mewakili hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Oleh karena orang mengalami stimulus-stimulus yang berbeda-beda, orang membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Karena konsep-konsep itu adalah abstraksi yang berdasarkan pengalaman, dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang persis sama, maka konsep-konsep yang dibentuk orang mungkin berbeda juga.
Secara singkat dapat kita katakan, bahwa suatu konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus-stimulus. Kita menyimpulkan, bahwa suatu konsep telah dipelajari, bila yang diajar dapat menampilkan perilaku-perilaku tertentu.
Secara umum pembelajaran konsep mengacu kepada semua kegiatan dimana si pelajar harus belajar mengelompokan dua atau lebih objek atau peristiwa yang agak berbeda ke dalam satu kategori. Belajar konsep mencakup belajar membuat respon yang sama atau berkelompok terhadap sekelompok stimulus yang memiliki bentuk atau properti yang sama. Ada perbedaan antara belajar konsep (concept learning) dengan paired associate learning. Paired associate learning menghendaki pembelajaran respon tertentu terhadap suatu stimulus, jadi rasio antara stimulus dan respon adalah satu – satu. Sedangkan belajar konsep mencakup pembelajaran satu respon terhadap dua atau lebih stimulus, jadi rasio antara stimulus dengan respon bukan satu-satu, tetapi satu lawan banyak. Umpamanya, dalam kegiatan di sekolah dasar anak diajarkan konsep warna putih. Anak akan diberikan contoh warna putih dari sebuah objek seperti kertas putih dan dikatakan bahwa warna kertas ini adalah putih adalah putih. Kemudian anak tersebut diminta mengulangi respon yang sama (“putih”) pada lembaran-lembaran kertas lain yang juga berwarna putih.
Untuk meyakinkan apakah sebuah konsep telah terbentuk perlu diperhatikan dua faktor. Pertama, kita harus memberikan contoh objek (instance) tambahan untuk melihat apakah konsep tersebut telah dikelompok secara benar dan kedua kita harus memberikan yang bukan contoh (noninstance) atau contoh yang salah untuk melihat apakah mereka mampu mengeluarkan bagian ini dari konsep yang telah terbentuk. Jadi pembelajaran konsep menghendaki sipelajar melakukan respon bentuk-bentuk yang relefan dari konsep tersebut dan tidak menghiraukan bentuk-bentuk yang relefan di dalam pengelompokkan peristiwa.
B.     Belajar Konsep, Generalisasi dan Diskriminasi
Menurut Ausubel, D.P. (1968: 99), konsep-konsep diperoleh dengan dua cara yaitu formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept assimilation). Formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep konkrit menurut Gagne, R.M. & Briggs, L.J. (1979: 108). Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.
Pembentukan konsep, banyak dari konsep-konsep yang sudah kita peroleh, berkembang semasa kita kecil. Tetapi konsep-konsep itu telah mengalami modifikasi atau perubahan disebabkan karena pengalaman-pengalamn kita. waktu anak-anak mulai masuk sekolah mereka sudah memproleh konsep-konsep seperti meja, kursi,atas, berlari, dan banyak lagi yang lain. Konsep-konsep ini terutama diperoleh melalui pembentukan konsep.
Penbentukan konsep merupakan induktif. Bila anak dihadapkan pada stimulus-stimulus lingkungan, ia mengabstraksi sifat-sifat tertentu atau atribut-atribut tertentu yang sama dari berbagai stimulus-stimulus. Pembentukan konsep merupakan suatu bentuk belajar penemuan (dicovery learning). Paling sedikit dalam bentuk primitif, yang melibatkan proses-proses psikologi seperti analisis diskriminatif, abstraksi, diferensiasi.
Abstraksi-abstraksi primitif yang pertama dapat dikenakan pada satu contoh dari suatu konsep. Misalnya, konsep anak tentang suatu pola, dapat dikenakan pada suatu benda, suatu benda kecil, bulat dan merah yang menggelinding. Waktu anak itu dihadapkan pada contoh-contoh dan nocontoh lain dari konsep itu, abstraksi semula mungkinharus dipersempit atau diperluas demikian rupa, hingga atribut-atribut seperti merah dan besar, tidak lagi merupakan kriteria bagi konsep bola itu. Dalam similasi konsep, untuk memperoleh konsep-konsep melalui proses asimilasi, orang yang belajar harus sudah memperoleh definisi formal dari konsep-konsep itu. Suatu definisi formal dari suatu kata menunjukkan kesamaan-kesamaan (commonalities) dengan konsep tertentu, dan membedakan kata itu dari konsep-konsep lain. 
Belajar konsep dipandang sebagai sebuah kombinasi dari perbedaan antara kelompok-kelompok kejadian dengan generalisasi dalam kelompok-kelompok kejadian. Contoh : bagaimana seseorang mengajarkan konsep tentang lingkaran, segitiga, dan persegi. Anak-anak diperlihatkan beberapa contoh dari masing-masing konsep yang bervariasi bentuk, ukuran, dan warna. Jika mereka mampu membedakan ketiga bentuk tadi dengan benar, berarti mereka telah mengetahui apa itu konsep.
C.    Kajian tentang Belajar Konsep
Kajian tentang belajar konsep menurut Ellis, Henry C. (1978: 138):
1.    Tugas Pembelajaran Konsep
Seperti tugas-tugas pembelajaran lain, kajian tentang pembelajaran konsep mencakup stimulus respon, dan beberapa bentuk balikan (feedback) terhadap sipelajar. Stimulus terdiri dari baik yang berbentuk contoh-contoh positif (exemplars), maupun yang berbentuk contoh-contoh negatif (nonexemplars). Kedua bentuk ini beragam dalam berbagai dimensi, satu atau lebih yang relevan dengan konsep, dan dua atau lebih yang lainnya tidak relevan dengan konsep yang sedang dipelajari. Setiap dimensi bisa saja memiliki dua atau lebih nilai (values), umpamanya bentuk, warna, atau ukuran.
2.    Dasar Paradigma
Ada dua prosedur dasar yang dilakukan oleh ahli psikologi dalam melakukan penelitian perilaku konseptual. Pertama dengan menggunakan paradigma penerimaan (reception paradigm), yakni stimulus diberikan dalam urutan yang acak dan subjek penelitian berusaha belajar mengelompokkan masing-masing stimulus tersebut bila ia diberikan. Begitu subjek mengelompokkan stimulus, segera diberikan balikan (feedback). Prosedur yang kedua dikenal dengan nama paradigma pilihan (selection paradigm).
3.    Atribut dan Aturan
Sebuah konsep selalu mempunyai dua bentuk : atribut dan aturan. Atribut dari sebuah konsep merupakan suatu yang dimiliki dan melengket pada sebuah stimulus yang merupakan ciri dari stimulus tersebut yang relevan dengan konsep tersebut. Konsep yang sederhana memiliki satu atribut, seperti warna. Sedangkan konsep yan rumit mempunyai banyak atribut, seperti konsep siswa, makanan Cina, makanan Eropa, dan lain-lain. Atribut dapat pula digabungkan dengan cara yang berbeda yang kemudian menjelaskan aturan konseptual (conceptual rules).
4.    Penggolongan Aturan Konsep
Sekurang-kurangnya ada lima jenis aturan yang digunakan dalam penelitian dan kajian pembelajaran konsep. Aturan-aturan ini tidak menjelaskan bagaimana manusia mempelajari konsep, tetapi ia merupakan aturan logis yang menjelaskan hubungan antara atribut-atribut. Pertama aturan konseptual menjelaskan sebuah konsep hanya dengan aturan pemberian atribut (attribution). Jika sebuah objek memiliki atribut tertentu yang menjelaskan konsep, maka objek itu meupakan contoh dari aturan tersebut. Kedua, aturan konseptual yang lebih kompleks adalah aturan konjangtif, dimana konsep dijelaskan dengan penggabungan dua bentuk atau atribut.

D.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Konsep
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar konsep menurut Ellis, Henry C. (1978: 140) antara lain sebagai berikut:
1.    Positive and Negative Instances (Kejadian positif dan negatif)
Manusia lebih cepat belajar dari kejadian positif dibandingkan kejadian negatif, hal ini disebabkan mungkin kejadian negatif itu lebih sedikit memberikan informasi dibandingkan dengan kejadian positif.
2.    Relevant and Irrelevant Attributes (Atribut relevan dan tidak relevan)
Semakin banyak jumlah atribut yang tidak relevan dalam tugas konseptual, semakin sulit tugas tersebut. Semakin banyak jumlah atribut relevan maka semakin mudah belajar konsep.
3.    Stimulus Salience and Abstractness-Concreteness (Stimulus Mencolok dan Keabstrakan-Kekonkritan), Tanda-tanda yang mencolok dan tersendiri yang relevan akan mempermudah untuk belajar konsep, contohnya, anak-anak lebih mudah mempelajari konsep warna dibandingkan konsep bentuk. Begitu juga, konsep konkrit seperti “rumah”, “mainan”, dipelajari lebih mudah dibandingkan yang abstrak seperti bentuk “ruang”.
4.    Feedback and Temporal Factors (Umpan balik dan Faktor Temporal/Sementara), semakin banyak waktu yang diberikan untuk berpikir tentang suatu informasi, semakin cepat kemungkinan memecahkan masalah.
5.    Conceptual Rules (Aturan-aturan Konseptual), menjelaskan sebuah konsep hanya dengan aturan pemberian atribut, contoh “mobil merah”, menjelaskan objek berupa mobil dan berwarna merah.
6.    Memory and Intelligence (Ingatan dan Intelegensi), pelajar harus memiliki ingatan yang baik untuk mengingat informasi yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari, semakin cerdas pelajar semakin cepat ia belajar konsep.     
E.     Teori-teori dari Belajar Konsep
Ada tiga teori dalam belajar konsep, yaitu Ellis, Henry C. (1978: 145):
1.    Teori Asosiasi S – R
Teori ini menekankan pentingnya hipotesis dan strategi pendekatan kognitif, bahwa kekuatan asosiasi antar dimensi yang relevan dengan respon secara bertahap sampai seseorang dikatakan memperoleh konsep tersebut. Contoh, belajar konsep “merah”.
2.    Teori Pengujian Hipotesis
Menekankan manusia sebagai orang yang belajar lebih aktif dalam memilih dan menguji solusi-solusi yang memungkinkan. Lebih mengutamakan penyelesaian hipotesis dari pengambilan keputusan.
3.    Information – Processing Theories (Teori Pengolahan Informasi)
Menekankan pada ciri pengolahan informasi manusia dalam belajar konsep. Pendekatan ini memakai simulasi komputer.


F.     Prinsip-prinsip Praktis Belajar Konsep
Ada beberapa prinsip-prinsip praktis dalam belajar konsep, yaitu Ellis, Henry C. (1978: 151):
1.    Think of New Examples of Concept, memikirkan contoh-contoh baru untuk konsep tersebut.
2.    Use both Positive and Negative Instances, menggunakan kejadian/contoh-contoh positif dan negatif, harus mampu membedakan objek atau peristiwa mana yang termasuk contoh konsep yang positif, dan mana yang tidak termasuk contoh sebuah konsep negatif.
3.    Use a Variety of Example, menggunakan contoh-contoh yang bervariasi, untuk mempermudah dalam belajar konsep.
4.    Highlight Relevant Features, berikan penekanan pada bentuk-bentuk relevan, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman.









A.    Pertanyaan Essay
1.    Sebuutkan beberapa prinsip-prinsip praktis dalam belajar konsep
·      Think of New Examples of Concept, memikirkan contoh-contoh baru untuk konsep tersebut.
·      Use both Positive and Negative Instances, menggunakan kejadian/contoh-contoh positif dan negatif, harus mampu membedakan objek atau peristiwa mana yang termasuk contoh konsep yang positif, dan mana yang tidak termasuk contoh sebuah konsep negatif.
·      Use a Variety of Example, menggunakan contoh-contoh yang bervariasi, untuk mempermudah dalam belajar konsep.
·      Highlight Relevant Features, berikan penekanan pada bentuk-bentuk relevan, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman.
2.    Sebutkan teori dalam belajar konsep
Ø Teori Asosiasi S – R
Teori ini menekankan pentingnya hipotesis dan strategi pendekatan kognitif, bahwa kekuatan asosiasi antar dimensi yang relevan dengan respon secara bertahap sampai seseorang dikatakan memperoleh konsep tersebut. Contoh, belajar konsep “merah”.
Ø Teori Pengujian Hipotesis
Menekankan manusia sebagai orang yang belajar lebih aktif dalam memilih dan menguji solusi-solusi yang memungkinkan. Lebih mengutamakan penyelesaian hipotesis dari pengambilan keputusan.
Ø Information – Processing Theories (Teori Pengolahan Informasi)
Menekankan pada ciri pengolahan informasi manusia dalam belajar konsep. Pendekatan ini memakai simulasi komputer.
3.    Salah satu faktor yang mempengarhi belajar konsep menurut Ellis, Henry C. adalah Positive and Negative Instances. jelaskan
Ø  Positive and Negative Instances (Kejadian positif dan negatif)
Manusia lebih cepat belajar dari kejadian positif dibandingkan kejadian negatif, hal ini disebabkan mungkin kejadian negatif itu lebih sedikit memberikan informasi dibandingkan dengan kejadian positif.










B.     Pertanyaan Objektif
1.    Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi belajar konsep, sebutkan kedua variabel tersebut...
a.       Positif dan negatif
b.      Atribut dan aturan
c.       Tugas dan konsep
d.      Tugas dan belajar
2.    Salah satu jenis teori belajar konsep yang menekan pada ciri pengolahan informasi manusia dalam belajar konsep yang diangkat dari analogi kerja konputer dan memandang belajar konsep dalam artian urutan proses pengambilan keputusan oleh sipelajar, disebut dengan teori belajar konsep…
a.       Teori pemrosesan
b.      Teori proses informasi
c.       Teori konsep informasi
d.      Teori menggali informasi
3.    Dalam hal positive dan negative instances, pada pembelajaran konsep manusia cenderung menggunakan …
a.    Positif instances
b.    Negative instances
c.    Kedua-duanya
d.   Tidak sama sekali
4.    Stimulus diberikan dalam urutan yang acak dan subjek penelitian berusaha belajar mengelompokkan masing-masing stimulus tersebut bila ia diberikan. Hal tersebut merupakan pernyataan tentang …
a.    Tugas pembelajaran konsep
b.    Atribut dan aturan
c.    Paradigm penerimaan
d.   Aturan konsep
5.    Secara umum ada berapa faktor yang mempengaruhi belajar konsep...
a.       1
b.      2
c.       3
d.      4










YEL-YEL

Belajar konsep, Itu materinya
Belajar konsep, 4 kajiannya
Tugas pembelajaran konsep
Dasar padigmanya
Atribut dan aturan
Serta penggolongannya
Ada 3 teorinya
Yang pertama Asosiasi SR
Kedua Pengujian hipotesis
Ketiga proses informasi…










KEPUSTAKAAN

Ausubel, D.P. 1968. Educational Psychology: a Cognitive View. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Croser.P dan Ehel, F. 1992. Pneumatik. Festo Didactic: Esslingen.
                                                                                           
Ellis, Henry C. 1978. Fundamentals of Human Learning. Memory and Cognition
Michael Domjan. 2010. The Principles of Learning and Behavior, 6th Edition. California: Wadsworth.

Flavell, J. H. 1979. Metacognition and cognitive monitoring: A new area of cognitive-developmental inquiry. Amerika: American Psychologist.


Gagne, R.M. & Briggs, L.J. 1979. Principles of Intructional Design. New York: Holt Rinehart.


Rosser, R. A. 1984. Educational psychology, Principles in practice. Boston: Little Bown.






















miskonsepsi dalam bimbingan dan konseling

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Miskonsepsi 1.       Pengertian Konsep Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep diartikan ...